Televisi adalah salah satu teknologi yang menerapkan hiburan didalam tayangannya,dalam televisi meliputi beberapa tayangan seperti berita, hiburan dan olahraga. Televisi sebagai salah satu buah dari kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak memberi hiburan, informasi dan nuansa edukatif terhadap khalayak umum. Kecepatan dalam menyampaikan berita dan keefektifannya dalam menampilkan gambar membuat kita lebih nyaman dalam mengakses informasi. Perkembangan dunia pertelevisian berkembang sangat pesat, tapi juga tidak dapat dipungkiri dari sekian banyak kenyamanan yang telah terasa juga membawa dampak negatif terhadap pola kehidupan kita, terutama sekali pada pola perkembangan kehidupan anak-anak kita yang rata-rata masih di usia dini. Selain pengaruh positif, pengaruh negatif pun juga tidak bisa terelakkan.
Tayangan yang bersifat mendidik kalah pamor dengan sinetron percintaan dan program hiburan yang mengusung gaya hidup glamor selebritis. Hal ini kurang mendidik masyarakat karena mengajarkan bagaimana mendapatkan segala sesuatu secara instan. Masalah paling mendasar saat ini bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi, melainkan program-program yang ia ditonton dan bagaimana para orang tua serta guru memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin membantu kegiatan belajar mereka.
Kehadiran stasiun baru dalam pertelevisian nasional mau tidak mau semakin mempertajam tingkat persaingin dalam bisnis di bidang ini. Sebagai konsekuensinya, para awak televisi harus memilih strategi tepat dalam menggaet pemirsa. Upaya merebut hati penonton ini dilakukan sebagai bagian dari upaya meningkatkan rating. Dalam iklim kompetisi tersebut, ternyata beberapa televisi memilih jalan pintas antara lain dengan mengeksploitasi dunia anakanak dan remaja secara berlebihan. Berbagai acara yang menayangkan tentang pergaulan bebas remaja di kota besar yang sarat akan dunia gemerlap. Seperti tayangan remaja dalam mengonsumsi obat-obatan terlarang, cara berpakaian yang terlalu minim, goyang-goyangan yang sensual para penyanyi dangdut, kisah percintaan remaja hingga menimbulkan seks bebas, ucapan-ucapan kasar dengan memaki-maki atau menghina dan sebagainya. Inilah yang seringkali menjadi contoh tidak baik yang sering mempengaruhi remaja-remaja yang berada di kota maupun di daerah untuk mengikuti perilaku tersebut.
Hal ini dapat disadari secara langsung, realita dunia pertelevisian saat ini telah mengadopsi model pemikiran, tingkah laku budaya barat yang tercermin dari produk-produk tayangan televisi yang kurang mendidik. Lagi-lagi persaingan dan lahan bisnis dijadikan sebagai patokan dasar dalam menentukan pilihan atas apa saja yang harus ditayangkan dan yang menguntungkan. Jelas, jika telah memiliki asumsi seperti ini maka nilai-nilai moral, etika-etika tidak lagi menjadi bahan pertimbangan. Meningkatnya kenakalan remaja saat ini merupakan salah satu dampak dari media informasi yaitu program siaran televisi yang dinilai kurang memberikan nilai edukatif bagi remaja ketimbang nilai amoralnya. Hal ini disebabkan karena industri perfilman kurang memberikan pesan-pesan moral terhadap siaran yang ditampilkan. Dapat diperhatikan dalam berbagai program televisi seperti pada sinetron-sinetron maupun reality show yang banyak menayangkan tentang pergaulan bebas remaja bersifat pornografis, kekerasan, hedonisme dan sebagainya untuk selalu ditampilkan dilayar kaca.
Dari tayangan – tayangan tersebut ada remaja yang hanya sekedar menyaksikan, tapi tidak terpengaruh mengikutinya. Dan ada juga remaja yang memang gemar menyaksikan dan terpengaruh untuk mengikuti hal tersebut guna mencari sensasi di lingkungan pergaulan. Remaja inilah yang paling rawan melakukan berbagai pelanggaran.
Upaya memperbaiki kualitas tayangan televisi dirasakan semakin mendesak dilakukan. Alasannya, kualitas moral bangsa saat ini sedang terpuruk yang ditandai oleh tingginya pelaku KKN, kriminalitas dan tindakan pelanggaran moral lainnya. Di pihak lain, peran lembaga keluarga dan lembaga pendidikan dalam mendidik moralitas anak- anak dan remaja semakin merosot. Minimnya komitmen pendidikan pertelevisian nasional sudah sepatutnya menyadarkan para pengelola televisi. Dari sini akan lahir langkah konkret dalam memperbaiki kualitas tayangan televisi sebagai bagian dari upaya pendidikan moral bangsa.
Fanindya Tustria P ( 153080199 )
Kehadiran stasiun baru dalam pertelevisian nasional mau tidak mau semakin mempertajam tingkat persaingin dalam bisnis di bidang ini. Sebagai konsekuensinya, para awak televisi harus memilih strategi tepat dalam menggaet pemirsa. Upaya merebut hati penonton ini dilakukan sebagai bagian dari upaya meningkatkan rating. Dalam iklim kompetisi tersebut, ternyata beberapa televisi memilih jalan pintas antara lain dengan mengeksploitasi dunia anakanak dan remaja secara berlebihan. Berbagai acara yang menayangkan tentang pergaulan bebas remaja di kota besar yang sarat akan dunia gemerlap. Seperti tayangan remaja dalam mengonsumsi obat-obatan terlarang, cara berpakaian yang terlalu minim, goyang-goyangan yang sensual para penyanyi dangdut, kisah percintaan remaja hingga menimbulkan seks bebas, ucapan-ucapan kasar dengan memaki-maki atau menghina dan sebagainya. Inilah yang seringkali menjadi contoh tidak baik yang sering mempengaruhi remaja-remaja yang berada di kota maupun di daerah untuk mengikuti perilaku tersebut.
Hal ini dapat disadari secara langsung, realita dunia pertelevisian saat ini telah mengadopsi model pemikiran, tingkah laku budaya barat yang tercermin dari produk-produk tayangan televisi yang kurang mendidik. Lagi-lagi persaingan dan lahan bisnis dijadikan sebagai patokan dasar dalam menentukan pilihan atas apa saja yang harus ditayangkan dan yang menguntungkan. Jelas, jika telah memiliki asumsi seperti ini maka nilai-nilai moral, etika-etika tidak lagi menjadi bahan pertimbangan. Meningkatnya kenakalan remaja saat ini merupakan salah satu dampak dari media informasi yaitu program siaran televisi yang dinilai kurang memberikan nilai edukatif bagi remaja ketimbang nilai amoralnya. Hal ini disebabkan karena industri perfilman kurang memberikan pesan-pesan moral terhadap siaran yang ditampilkan. Dapat diperhatikan dalam berbagai program televisi seperti pada sinetron-sinetron maupun reality show yang banyak menayangkan tentang pergaulan bebas remaja bersifat pornografis, kekerasan, hedonisme dan sebagainya untuk selalu ditampilkan dilayar kaca.
Dari tayangan – tayangan tersebut ada remaja yang hanya sekedar menyaksikan, tapi tidak terpengaruh mengikutinya. Dan ada juga remaja yang memang gemar menyaksikan dan terpengaruh untuk mengikuti hal tersebut guna mencari sensasi di lingkungan pergaulan. Remaja inilah yang paling rawan melakukan berbagai pelanggaran.
Upaya memperbaiki kualitas tayangan televisi dirasakan semakin mendesak dilakukan. Alasannya, kualitas moral bangsa saat ini sedang terpuruk yang ditandai oleh tingginya pelaku KKN, kriminalitas dan tindakan pelanggaran moral lainnya. Di pihak lain, peran lembaga keluarga dan lembaga pendidikan dalam mendidik moralitas anak- anak dan remaja semakin merosot. Minimnya komitmen pendidikan pertelevisian nasional sudah sepatutnya menyadarkan para pengelola televisi. Dari sini akan lahir langkah konkret dalam memperbaiki kualitas tayangan televisi sebagai bagian dari upaya pendidikan moral bangsa.
Fanindya Tustria P ( 153080199 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar